Judul
Novel : Always in My Heart
Penulis : Jihan Ramadhani
Penerbit : DAR! Mizan
Tahun
Terbit : 2014
Tebal : 127 halaman
Sinopsis
Novel yang berjudul Always in My
Heart karangan Jihan Ramadhani ini memiliki beberapa kumpulan cerpen menarik.
Diantaranya Gara-Gara Aku Sendiri, Bintang Sekolah, Teman Seru, Always in My
Heart, Jangan Lupakan Aku, Pa Aku Ada Pr!. Mayoritas novel ini menceritakan
tentang kehilangan seseorang yang dicintai.
Dari beberapa kumpulan cerpen
tersebut, terdapat salah satu cerpen yang menarik yaitu Always in My Heart.
Cerpen ini menceritakan tentang seorang pelajar sekolah dasar yang bernama Tifa
terpilih menjadi perwakilan lomba bulutangkis di Singapura untuk tingkat SD.
Akhirnya saat pulang sekolah Tifa menghampiri tempat abi nya bekerja yaitu di
rumah sakit. Sesampainya disana, Tifa bercerita gembira dengan abi nya namun
tiba-tiba seorang perawat masuk keruangan tersebut membawa kabar bahwa ada
pasien yang baru saja masuk keruang ICU. Tifa yang selalu saja ingin tahu,
mengikuti kemana abi nya berjalan. Akhirnya Tifa sedikit mendengar pembicaraan
abi nya dengan dokter lain. Awalnya Tifa mulai tak tertarik dengan pembicaraan
mereka. Dengan santai Tifa mengelilingi ruang ICU dan tak sengaja melihat wajah
wanita yang tak asing lagi. Ternyata wanita itu adalah umi dari Tifa yang
sedari tadi dibicarakan oleh abi dan temannya. Tanpa sepengetahuan Tifa, umi
nya terkena kanker tulang stadium tiga.
Tifa pun menangis diatas ranjang
tempat umi nya terbaring. Suasana hati yang kacau itu semakin membuat Tifa
sedih. Ia bingung harus mengikuti kesempatan emas lomba itu sedangkan umi nya
saat ini tidak bisa ditinggalkan. Tetapi karena adanya dukungan dari umi,
akhirnya Tifa mengikuti lomba itu.
Saat hari perlombaan dimulai,Tifa
mampu mengalahkan dua peserta dari Taiwan dan Malaysia. Saat ia masuk babak
ketiga dengan melawan peserta dari Hongkong, Tifa tertinggal banyak skor hingga
waktu istirahat. Saat pertandingan dimulai kembali, Tifa merasakan pusing yang
amat kuat ia selalu teringat dengan umi nya dan akhirnya ia pingsan. Para
petugas medis mengelilinginya, matanya sayup-sayup terbuka. Tetapi Tifa ingin
tetap melanjutkan pertandingan. Bu Angel sebagai pendamping Tifa berusaha
menyemangatinya dengan menayangkan video umi yang dikirim oleh abi Tifa. Pada
video itu umi Tifa tak hentinya memberi semangat walaupun dalam keadaan lemas
tak berdaya. Tifa memeluk iPad Bu Angel dengan erat sembari mengumpulkan semangat
untuk membawa pulang piala kaca. Pertandingan dimulai kembali, dengan skor seri
Tifa berusaha mengecohkan lawannya itu. Semua penonton terdiam, menantikan
siapa yang akan menang. Akhirnya Bu Angel memberi semangat Tifa dengan
menayangkan kembali video rekaman umi. Sayup-sayup terdengar suara umi, Tifa
pun mampu memenangkan perlombaan dan mendapat piala kaca impiannya.
Saatnya untuk Tifa kembali ke
Jakarta. Tifa sangat gembira sembari beberapa kali mencium pialanya. Saat tiba
di rumah, Tifa berteriak kencang atas kemenangnya. Spontan semua orang
menatapku dengan pakaian serba putih. Tifa masi belum mengerti siapa yang
mereka doakan dengan membacakan Surah Yasiin itu. Ia berusaha meyakinkan bahwa
itu bukanlah umi. Dan ternyata benar, itu umi Tifa yang telah meninggal
dikarenakan kanker tulangnya. Pecahlah isak tangis Tifa, semua rasa dalam
hatinya tumpah lewat tangis. Tifa yang menangis diatas tubuh umi seakan tak
percaya bahwa hal ini terjadi.
Diakhir cerita, Tifa dan sudah
mulai menerima kenyataan bahwa umi telah tiada. Mereka tetap tabah menjalani
hidup dan selalu percaya bahwa umi selalu ada dihati Tifa
Selain cerpen Always in My Heart
ada juga cerpen yang berjudul Jangan Lupakan Aku yang tak kalah menarik. Cerpen
ini menceritakan adanya sebuah persahatan antara dua anak yang bernama Alisha
dan Enisha dimana mereka selalu akur. Namun, karena kejadian tiga hari lalu
mereka bertengkar dan tak saling bersama. Kejadian dimana Enisha sangat emosi
dan membentak Alisha yang tak tahu apa kesalahannya saat di rumah pohon, tempat
biasanya mereka bermain. Enisha memang orang yang tak suka curhat dengan orang
lain, sedangkan Alisha yang ingin agar Enisha menganggapnya sahabat spesial
dimana mereka bisa saling bercerita agar mungkin bisa sedikit meringankan
beban.
Suatu hari, Alisha yang merasa
bosan ingin pergi menghibur diri ke rumah pohon. Belum keluar dari pekarangan
rumah, tiba-tiba seseorang merangkulnya dari depan sambil menangis. Itu adalah
Enisha, ia menangis dan kabur dari rumahnya. Enisha bercerita bahwa saat ini
dirumahnya sedang terjadi masalah yang sangat membuatnya tak tahan dirumah. Ternyata
Enisha bukanlah anak kandung dari ayah dan bundanya. Enisha juga sempat
mengeluh tetntang kepala nya yang akhir-akhir ini sering merasakan sakit karna
ada sebuah benjolan kecil. Agar Enisha sedikit tenang, Alisha mengajaknya ke
rumah pohon.
Saat dirumah pohon, Enisha sedang
sibuk membongkar isi tas Alisha sambil menulis diary-nya. Tiba-tiba Enisha
mengeluarkan kotak biru toska yang merupakan pemberian darinya kepada Alisha.
Ia tidak memperbolehkan Alisha untuk membuka kotak itu tanpa izin darinya.
Enisha perlahan membukanya, ternyata hanya ada sebuah kaca kecil yang menurut
Enisha merupakan cermin kehidupannya di masa depan. Telah lama berbincang
kemudian Enisha pamit pulang kerumah dengan terburu-buru. Kemudian Alisha
teringat surat yang harus diberikan kepada orang tua Enisha yang merupakan
titipan dari papanya.
Perjalan Alisha mengejar
sahabatnya itu terhambat oleh segerombolan orang yang sedang mengelilingi
sesuatu. Alisha yang penasaran berusaha mengambil tempat di sela-sela,agar bisa
melihat apa yang terjadi. Terlihatnya sosok anak terbaring lemas, bercucuran
darah, dengan jilbab biru dikenakannya seperti Enisha. Mobil ambulans tiba
ditempat dan petugas medis pun langsung membawanya kerumah sakit yang diikuti
oleh Alisha.
Keadaan Enisha benar-benar kritis, ia kehilangan
banyak darah karena kecelakaan itu. Alisha yang ingin membantu dengan
mendonorkan darahnya sudah terlamabat. Enisha telah tiada. Semua keluarga
Enisha menangis tersedu-sedu. Saat jenazahnya dibawa melewati depan tubuh
Alisha, terjatuh sebuah buku diary yang selama ini ditulisnya. Alisha yang tak
kuat menahan rasa sedih karena melihat jenazah sahabatnya yang pucat itu
langsung melarikan diri ketaman rumah sakit. Disana Alisha membaca satu persatu
halaman diary sahabatnya, ternyata Enisha selama ini mengidap kanker otak yang
tak seorangpun tau akan penyakitnya itu. Enisha bercerita betapa bersyukurnya
ia meninggal bukan karena kanker otak nya melainkan dengan sebuah kejadian
kecelakaan. Ia juga bercerita betapa ingin nya dia agar Alisha mengenakan
jilbab. Diakhir cerita Alisha yang berusaha menuruti permintaan terakhir
sahabatnya itu perlahan belajar mengenakan jilbab. Dan Alisha mendapatkan
hikmah setelah mengenakan jilbab atas permintaan Enisha. Alisha berusaha agar
Enisha bisa tenang dan bahagia melihat dirinya yang sekarang bisa memenuhi
permintaan terakhirya.
Kelebihan
Dalam novel ini, memiliki gaya
bahasa yang dapat membuat kita ikut larut dalam keadaan dalam cerita tersebut.
Yang dapat membuat kita agar lebih menggunakan waktu sebaik mungkin dengan
orang tersayang kita, dan tak menyianyiakan waktu yang diberikan Tuhan untuk
membahagiakannya. Didukung dengan kualitas kertas yang tebal dan tidak mudah
robek dapat membuat kita lebih sering membacanya. Adanya ilustrasi gambar yang
menarik dapat membuat minat baca sesorang menjadi tertarik dengan novel ini.
Kekurangan
Tak hanya kelebihan yang dimiliki
novel ini, adapun kelemahannya. Yaitu masih ada sedikit beberapa kata dan
kalimat yang tak mudah dimengerti dan terkesan tak penting atau melenceng dari
cerita.